FUNDAMENTAL
PEMODELAN AIR TANAH
OLEH:
KOMANG
SUGIANTI
471415005
Dosen
pengampuh
Intan
Noviantari Manyoe, S.Si,. M.T
PROGRAM
STUDI TEKNIK GEOLOGI
JURUSAN
ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
GORONTALO
2017
Abstrak
Pemodelan Air Tanah adalah alat
yang efisien untuk pengelolaan dan remediasi air tanah. Model adalah
penyederhanaan realitas untuk menyelidiki fenomena tertentu atau untuk
memprediksi perilaku masa depan. Tantangannya adalah untuk menyederhanakan
kenyataan dengan cara yang tidak mempengaruhi keakuratan dan kemampuan keluaran
model untuk memenuhi tujuan yang diharapkan. Meskipun efisiensinya, model bisa
rumit dan menghasilkan hasil yang salah jika tidak dirancang dan ditafsirkan
dengan benar. Terlepas dari jenis model yang digunakan, urutan yang serupa
harus diikuti dalam pemodelan. Untuk membantu memilih model yang tepat, tujuan
pemodelan harus jelas dan teridentifikasi dengan baik. Jika model konseptual
tidak dirancang dengan benar, semua proses pemodelan akan membuang waktu dan
tenaga. Untuk membangun model konseptual yang tepat, data hidrogeologi harus
memadai dan dapat diandalkan. Kalibrasi dan verifikasi adalah langkah terakhir
dalam pemodelan sebelum menulis laporan model akhir. Bab ini membahas metodologi
stepwise pemodelan air tanah dengan penjelasan setiap langkah. Ini berisi
deskripsi singkat tentang berbagai jenis model dan berbagai jenis solusi.
Selain itu, kesulitan khusus dan kesalahan umum dalam pemodelan telah dibahas.
1.0 Pengenalan
Pemodelan air tanah adalah cara untuk merepresentasikan sebuah sistem dalam bentuk
lain untuk menyelidiki respon sistem dalam kondisi tertentu, atau untuk memprediksi
perilaku sistem di masa depan. Pemodelan air tanah adalah alat yang ampuh untuk
pengelolaan sumber daya air, perlindungan air tanah dan remediasi. Pengambil keputusan
menggunakan model untuk memprediksi perilaku sistem air tanah sebelum pelaksanaan
proyek atau untuk menerapkan skema remediasi. Jelas, ini adalah solusi sederhana dan murah
dibandingkan dengan pendirian proyek pada kenyataannya.
Menurut definisi, model menyederhanakan kenyataan, dan karenanya tidak sempurna.
Ahli statistik terkenal George Box menegaskan, "semua model salah, tapi ada juga yang
berguna" (Box and Draper 1987). Penerapan model dan penggunaannya bergantung pada
tujuan model tersebut. Meskipun tidak sempurna, model sangat berguna dalam hidrogeologi.
Ini adalah tantangan bagi pemodel untuk mewakili masalah kata sebenarnya dalam bentuk
yang disederhanakan tanpa mengorbankan keakuratan atau membuat asumsi yang tidak
benar. Pemodelan mencoba mendapatkan representasi terbaik dari kenyataan dengan
mengumpulkan data sebanyak mungkin dan memberi makan model dengan data baru.
Model air tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: fisik, analog atau matematis.
Solusi model matematis bisa berupa analisis atau numerik. Metode analisis tidak memerlukan
banyak data, namun aplikasi mereka terbatas pada masalah sederhana. Solusi numerik dapat
menangani masalah yang lebih rumit daripada solusi analitis. Dengan pesatnya perkembangan
prosesor komputer dan meningkatnya kecepatan, pemodelan numerik menjadi lebih efektif dan
mudah digunakan. Pendekatan pemodelan numerik yang paling umum digunakan adalah
metode "beda hingga" dan metode "elemen hingga". Setiap metode memiliki kelebihan dan
keterbatasan. Bergantung pada masalah perhatian dan tujuan pemodelan, pendekatan
pemodelan yang tepat dapat dipilih. Metode beda hingga dapat menghasilkan hasil yang
berbeda hingga metode elemen hingga jika masalah yang dikhawatirkan rumit. Pendekatan
pemodelan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi hasil model. Faktor lain
seperti kondisi batas, kondisi awal, diskritisasi waktu dan ruang, dan kualitas data
mempengaruhi hasilnya. Bab ini menguraikan metodologi pemodelan airtanah bertahap,
perbedaan antara pendekatan pemodelan dan kesulitan mengiringi pemodelan air tanah.
Kesalahan umum dalam pemodelan air tanah juga dibahas.
2.0 Pendekatan Pemodelan
Model Air Tanah bisa sederhana, seperti solusi analitik satu dimensi atau model
spreadsheet (Olsthoorn, 1985), atau model tiga dimensi yang sangat canggih. Selalu disarankan
untuk memulai dengan model sederhana, asalkan konsep model memenuhi tujuan pemodelan,
dan kemudian kompleksitas model dapat ditingkatkan (Hill 2006). Terlepas dari kompleksitas
model yang digunakan, pengembangan modelnya sama. Metodologi stepwise pemodelan air
tanah ditunjukkan pada Gambar 1. Langkah pertama dalam pemodelan adalah identifikasi
tujuan model. Pengumpulan dan pengolahan data merupakan isu utama dalam proses
pemodelan. Langkah yang paling penting dan mendasar dalam pemodelan, bagaimanapun,
adalah model konseptualisasi. Kalibrasi, verifikasi dan analisis sensitivitas dapat dilakukan
setelah model selesai dan tahap pertama. Bagian berikut menjelaskan secara rinci setiap
langkah dalam pemodelan air tanah.
2.1 Tujuan Pemodelan
Model air tanah biasanya digunakan untuk mendukung keputusan manajemen
mengenai kuantitas atau kualitas air tanah. Bergantung pada tujuan pemodelan, luas model,
pendekatan dan tipe model dapat bervariasi. Model air tanah bisa bersifat interpretif,
prediktif atau generik. Model interpretasi digunakan untuk mempelajari kasus tertentu
dan menganalisis aliran airtanah atau transportasi kontaminan. Model prediktif digunakan
untuk melihat perubahan konsentrasi air tanah atau konsentrasi zat terlarut di masa depan.
Model generik digunakan untuk menganalisis berbagai skenario pengelolaan sumber daya air
atau skema remediasi.
Tujuan pemodelan air tanah dapat dicantumkan sebagai berikut:
· Prediksi aliran airtanah dan kepala air tanah secara temporal dan spasial.
· Investigasi efek abstraksi air tanah pada sumur pada rezim aliran dan memprediksi
penarikan yang terjadi.
· Investigasi efek aktivitas manusia (misalnya debit air limbah, kegiatan pertanian,
tempat pembuangan sampah) terhadap kualitas air tanah.
· Analisis skenario pengelolaan yang berbeda pada sistem airtanah, kuantitatif dan
kualitatif.
Bergantung pada tujuan studi dan hasil yang diinginkan, pemilihan pendekatan model dan
persyaratan data dapat dibuat agar sesuai dengan bidang studi dan tujuannya. Misalnya, jika
tujuannya adalah penilaian aliran airtanah regional, maka model kasar dapat memenuhi
tujuan ini, namun jika area penelitiannya kecil maka model grid halus dengan datadensitas
tinggi harus digunakan.
3.0 Model Konseptual
Model konseptual adalah representasi deskriptif dari sistem air tanah yang menggabung
kan interpretasi kondisi geologi dan hidrologi. Informasi tentang neraca air juga termasuk
dalam model konseptual. Ini adalah bagian terpenting dari pemodelan air tanah dan ini adalah
langkah selanjutnya dalam pemodelan setelah identifikasi tujuan.
Membangun model konseptual memerlukan informasi yang baik mengenai geologi, hidrologi,
kondisi batas, dan parameter hidrolik. Model konseptual yang baik harus menggambarkan
realitas dengan cara sederhana yang memenuhi tujuan pemodelan dan persyaratan
manajemen (Bear and Verruijt 1987). Ini harus merangkum pemahaman kita tentang
aliran air atau transportasi kontaminan dalam hal pemodelan kualitas air tanah. Isu utama
yang harus dipahami oleh model konseptual adalah:
· Geografi dan dinamika spesies Aquifer
· Kondisi batas
· Parameter Aquifer seperti konduktivitas hidrolik, porositas, storativitas, dan lain-lain
· Pengisian ulang air tanah
· Identifikasi sumber dan sink
· Keseimbangan air
Begitu model konseptual dibangun, model matematis bisa disiapkan. Model matematis
mewakili model konseptual dan asumsi yang dibuat dalam bentuk persamaan matematis yang
dapat dipecahkan baik secara analitik maupun numerik.
3.1 Masalah Nilai Batas
Model matematis semuanya didasarkan pada prinsip keseimbangan air.
Menggabungkan persamaan keseimbangan massa dan Hukum Darcy menghasilkan persamaan
pemerintahan untuk aliran air tanah. Persamaan umum yang mengatur aliran mantap air tiga
dimensi dalam media isotropik dan homogen adalah:
Dimana h adalah kepala air tanah. Persamaan ini juga disebut persamaan Laplace dan
memiliki banyak aplikasi dalam fisika dan hidromekanik. Memecahkan Persamaan (1)
membutuhkan pengetahuan tentang kondisi batas untuk mendapatkan solusi yang unik.
Untuk alasan ini, Persamaan (1) disebut masalah nilai batas. Jadi kondisi batas menggambarkan
daerah atau domain dimana nilai batas masalah valid.
3.2 Kondisi Batas
Identifikasi kondisi batas merupakan langkah awal dalam model konseptualisasi.
Pemecahan persamaan aliran air tanah (persamaan diferensial parsial) memerlukan identifikasi
kondisi batas untuk memberikan solusi yang unik. Identifikasi kondisi batas yang tidak tepat
akan mempengaruhi solusinya dan dapat mengakibatkan keluaran yang benar-benar salah.
Kondisi batas dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama:
· Kepala yang ditunjuk (disebut juga Dirichlet atau batas tipe I). Hal ini dapat dinyatakan
dalam bentuk matematis sebagai: h (x, y, z, t) = konstan
· Aliran spesifik (juga disebut batas Neumann atau tipe II). Dalam bentuk matematisnya
adalah: ∇h (x, y, z, t) = konstan
· Aliran bergantung pada kepala (juga disebut batas Cauchy atau tipe III).
Bentuk matematisnya adalah: ∇h (x, y, z, t) + a * h = konstan (di mana "a" adalah konstanta).
Selain jenis yang disebutkan di atas ada sub-jenis batas lainnya. Ini akan dijelaskan
nanti. Dalam masalah aliran air tanah, kondisi batas tidak hanya merupakan kendala
matematis, namun juga mewakili sumber dan tenggelam di dalam sistem (Reilly and Harbaugh
2004). Pemilihan kondisi batas sangat penting untuk pengembangan model yang akurat
(Franke et al 1987). Sebaiknya gunakan batas fisik bila memungkinkan (mis., Batas tak
berawak, danau, sungai) sebagai batasan model karena dapat segera diidentifikasi dan
dikonseptualisasikan. Perhatian harus diberikan saat mengidentifikasi batas alam.
Misalnya membagi air tanah adalah batas hidrolik dan bisa bergeser posisi saat kondisi
berubah di lapangan. Jika kontur meja air digunakan untuk menetapkan kondisi batas
dalam model transien, secara umum lebih baik menentukan fluks daripada kepala. Dalam
simulasi transien, jika efek sementara (misalnya pemompaan) meluas ke batas, kepala
yang ditentukan bertindak sebagai sumber air yang tak terbatas sementara fluks tertentu
membatasi jumlah air yang tersedia. Jika sistem air tanah sangat ditekankan, kondisi batas
bisa berubah seiring berjalannya waktu. Untuk alasan ini, kondisi batas harus terus diperiksa
selama simulasi.
3.2.1 contoh batasan berbeda
Reilly (2001) telah mensurvei berbagai jenis fitur fisik dan representasi matematika
setara mereka. Gambar 2 menunjukkan jenis batas yang berbeda. Batas-batas yang berbeda
ini secara singkat digambarkan sebagai berikut:
a. Batas kepala konstan: Ini adalah kasus khusus dari batas kepala tertentu, yang terjadi
dimana bagian dari permukaan batas akuifer bertepatan dengan permukaan kepala konstan
konstan (Franke et al 1987). Batas kepala konstan berasumsi bahwa kepala konstan sepanjang
waktu. Garis ABC dan EFG pada Gambar 2 adalah contoh batas kepala konstan, dimana
bagian akifer terjadi di bawah reservoir.
b. Batas kepala yang ditentukan: Ini adalah bentuk umum dari batas kepala konstan.
Hal ini terjadi ketika kepala dapat ditentukan sebagai fungsi waktu dan lokasi. Sungai
dan sungai, yang berada dalam hubungan hidrolik dengan akuifer, adalah contoh batas
kepala yang ditentukan.
c. Tidak ada batas aliran: Ini adalah kasus khusus dari batas fluks yang ditentukan.
Hal ini terjadi pada garis normal untuk merampingkan (yaitu normal ke arah aliran).
Kasus ini biasanya terjadi dimana media kedap air ada. Garis HI pada Gambar 2
mewakili batas tanpa aliran. Pembagian air dapat digunakan sebagai batas tanpa aliran
tapi dengan hati-hati, karena posisi air dapat berpindah seiring waktu akibat tekanan
pada akuifer.
d. Batasan fluks yang ditentukan: Ini adalah kasus umum dari batas tanpa aliran.
Hal ini terjadi bila arus melintasi batas dapat ditentukan dalam waktu dan lokasi.
Contoh batas fluks yang ditentukan adalah mengisi ulang di atas meja air dalam
aquifer freatik. CD garis pada Gambar 2 adalah batas fluks yang ditentukan.
e. Batas fluks yang bergantung pada kepala: Hal ini terjadi bila fluks melintasi
batas bergantung pada kepala yang berdekatan dengan batas tersebut. Iifer semi-terbatas,
dimana kepala air bergantung pada fluks melalui lapisan semi-confining, adalah contoh
dari jenis batas ini. Hal ini dapat ditunjukkan dengan garis ABC dan EFG pada Gambar 2.
f. Batas permukaan bebas: Meja air dan antarmuka air tawar-garam di akuifer pesisir adalah
contoh batas permukaan bebas. CD garis pada Gambar 2 mewakili batas permukaan bebas.
Tekanan kepala pada batas permukaan bebas selalu nol dan total kepala sama dengan elevasi
kepala.
g. Batas muka rembesan: Hal ini terjadi pada batas antara aliran jenuh dan atmosfer.
Wajah bendungan landfill, seperti yang ditunjukkan oleh garis DE pada Gambar 2 adalah
contoh batas muka rembesan.
4.0 Tipe model
Ada berbagai jenis model untuk mensimulasikan gerakan air tanah dan transportasi
kontaminan. Secara umum, model dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: fisik, analog
dan model matematika Jenis yang terakhir dapat diklasifikasikan lebih lanjut tergantung pada
jenis solusinya.
4.1 model fisik
Model fisik (misalnya tangki pasir) bergantung pada model bangunan di laboratorium
untuk mempelajari masalah spesifik aliran air tanah atau transportasi kontaminan. Model ini
dapat menunjukkan fenomena hidrogeologis yang berbeda seperti kerucut depresi atau aliran
artesis. Selain mengalir, gerakan kontaminan bisa diselidiki melalui model fisik. Meski berguna
dan mudah dipasang, model fisik tidak bisa menangani masalah nyata yang rumit.
4.2 Model analog
Persamaan yang menggambarkan aliran air tanah dalam media berpori homogen
isotropik disebut Persamaan Laplace (Persamaan (1)). Persamaan ini sangat umum terjadi pada
banyak aplikasi dalam matematika fisik seperti aliran panas, dan listrik. Oleh karena itu,
perbandingan antara aliran airtanah dan bidang lainnya dimana persamaan Laplace valid,
dimungkinkan. Model analog yang paling terkenal adalah aliran listrik. Analogi listrik
didasarkan pada kesamaan antara hukum aliran listrik Ohm dan hukum gerakan air tanah
Darcy. Seperti arus listrik yang bergerak dari tegangan tinggi ke tegangan rendah, begitu
pula air tanah, yang bergerak dari kepala tinggi ke kepala bawah. Model analog sederhana
dapat dengan mudah diatur untuk mempelajari pergerakan aliran air tanah. Informasi lebih
rinci mengenai model analog tersedia (Verruijt, 1970, Anderson dan Woessner, 1992, Strack
1989; Fetter 2001).
4.3 Model Matematika
Model matematika didasarkan pada konseptualisasi sistem air tanah ke dalam satu
himpunan persamaan. Persamaan ini diformulasikan berdasarkan kondisi batas, kondisi awal,
dan sifat fisik akuifer. Model matematis memungkinkan manipulasi model kompleks yang
mudah dan cepat. Begitu model matematis disetel, persamaan yang dihasilkan dapat dipecahkan
secara analitis, jika modelnya sederhana, atau numerik.
5.0 Jenis Solusi Model
Seperti dibahas di bagian sebelumnya, model matematis dapat dipecahkan baik secara
analitik maupun numerik. Beberapa pendekatan menggunakan campuran solusi analitik dan
numerik. Bagian berikut membahas secara singkat Jenis Solusi Utama Yang Digunakan Dalam
Pemodelan Air Tanah.
5.1 Model Analitik
Solusi analitis hanya tersedia untuk masalah transportasi airtanah dan kontaminan
yang disederhanakan. Mereka dikembangkan sebelum penggunaan model numerik. Keuntungan
dari solusi analitis adalah mudah diterapkan dan menghasilkan hasil yang berkesinambungan
dan akurat untuk masalah sederhana. Tidak seperti solusi numerik, solusi analitik memberikan
keluaran terus menerus pada setiap titik dalam domain masalah (Gambar 3). Namun, solusi
analitis membuat banyak asumsi seperti isotropi dan homogenitas akuifer, yang tidak valid pada
umumnya. Solusi analitis; Oleh karena itu, tidak dapat menangani sistem air tanah yang
kompleks. Contoh solusi analitis adalah solusi Toth (Toth, 1962) dan persamaan Theis (1941).
Rincian lebih lanjut tentang solusi analitis masalah air tanah dapat ditemukan di Bear (1979)
dan Walton (1989).
5.2 Model Numerik
Karena solusi analitis dari persamaan diferensial parsial (PDE) menyiratkan banyak
asumsi, penyederhanaan dan estimasi yang tidak ada dalam kenyataan, mereka tidak dapat
menangani masalah nyata yang rumit.
Metode numerik dikembangkan untuk mengatasi kompleksitas sistem air tanah.
Model numerik melibatkan solusi numerik dari seperangkat persamaan aljabar dengan nilai
kepala diskrit pada titik nodal terpilih (Gambar 3). Metode numerik yang paling banyak
digunakan adalah beda hingga dan metode elemen hingga. Metode lain telah dikembangkan,
seperti metode elemen batas.
5.2.1. Metode beda hingga
Metode beda hingga (FDM) telah banyak digunakan dalam studi air tanah sejak awal 19
60an. FDM dipelajari oleh Newton, Gauss, Bessel dan Laplace (Pinder dan Gray 1977).
Metode ini pertama kali diterapkan pada teknik perminyakan dan kemudian di bidang
lainnya. Metode beda hingga bergantung pada estimasi turunan fungsi dengan selisih yang
terbatas (Gambar 4). Pendekatan beda hingga diberikan oleh:
Keakuratan metode ini tergantung pada ukuran grid dan keseragaman. Perkiraan
derivatif membaik karena jarak grid mendekati nol; Namun demikian, dispersi numerik dan
kesalahan pemotongan meningkat. Ada tiga metode pendekatan beda beda yang berbeda:
maju, mundur dan perbedaan pusat, tergantung pada cara perbedaan yang terbatas diterapkan.
Perbedaan utama memberikan hasil terbaik karena kesalahan pemotongan adalah orde kedua
O (Δx) 2 (Pinder dan Gray, 1970).
5.2.2 Metode Elemen Hingga
Dasar metode elemen hingga adalah
memecahkan persamaan integral atas domain model. Bila metode elemen hingga
tersubstitusi dalam persamaan diferensial parsial, terjadi kesalahan residual.
Metode elemen hingga memaksa residu ini untuk pergi ke nol. Ada beberapa pendekatan
yang berbeda untuk metode elemen hingga. Ini adalah: fungsi dasar, prinsip
variasional, metode Galerkin, dan residu tertimbang. Deskripsi rinci setiap
metode dapat ditemukan di Pinder dan Gray (1970). Metode elemen hingga
mendeskripsikan domain model menjadi elemen (Gambar 7). Elemen ini bisa berupa
blok segitiga, persegi panjang, atau prismatik. Desain mesh sangat penting
dalam metode elemen hingga karena secara signifikan mempengaruhi konvergensi
dan akurasi larutan. Desain Mesh dalam metode elemen hingga adalah seni yang
lebih dari sekedar sains, namun ada aturan umum untuk konfigurasi jala yang
lebih baik. Sangat disarankan untuk menetapkan simpul pada titik-titik penting
seperti sumber atau sink, dan untuk memperbaiki mesh pada area yang diminati
dimana variabel berubah dengan cepat. Lebih baik menjaga konfigurasi jala
sesederhana mungkin. Dalam kasus jala segitiga, simpul lingkaran yang
berpotongan harus memiliki pusatnya di bagian dalam segitiga.
Metode elemen hingga memiliki beberapa kelemahan. Jajaran elemen hingga tidak mudah
untuk membangun dan menghabiskan waktu, terutama dalam masalah yang rumit. Selain itu,
tidak banyak dokumentasi mengenai metode elemen hingga dibandingkan dengan metode beda
hingga. Berbeda dengan metode beda hingga, keseimbangan massa dalam metode elemen
hingga dapat dicapai untuk keseluruhan domain namun tidak untuk setiap elemen. Model air
tanah berbasis elemen hingga yang paling terkenal adalah Feflow (Wasy, 2005), Femwater
(Lin, et al 1997), dan MODFE (Torak 1993).
6.0 Model Kalibrasi
Setelah model pertama, hasil model mungkin berbeda dari pengukuran lapangan.
Hal ini diharapkan karena pemodelan hanyalah penyederhanaan dari kenyataan dan
perkiraan dan kesalahan komputasi yang tak terelakkan. Proses kalibrasi model ditujukan
untuk menyempurnakan hasil model agar sesuai dengan pengukuran di lapangan. Dalam model
aliran air tanah, kepala air tanah yang dihasilkan dipaksa untuk mencocokkan kepala dengan
titik terukur. Proses ini memerlukan perubahan parameter model (yaitu konduktivitas hidrolik
atau pengisian air tanah) untuk mencapai kecocokan terbaik. Proses kalibrasi penting untuk
membuat model prediktif dan juga dapat digunakan untuk pemodelan invers. Untuk
menggambarkan proses kalibrasi model aliran air tanah, perhatikan pengukuran kepala air
tanah (hob) i pada titik pengamatan i. Kepala simulasi pada titik yang sama adalah (hsim) i.
Root mean square error dari residual diberikan oleh:
Kalibrasi melibatkan proses optimasi untuk meminimalkan RMSE yang diberikan
dalam Persamaan (11). Untuk mendapatkan model yang telah dikalibrasi dengan baik,
karakterisasi situs yang tepat dan data yang cukup diperlukan. Jika tidak, model yang
dikalibrasi hanya akan berlaku untuk sekumpulan kondisi dan bukan untuk kondisi apapun.
Kalibrasi bisa dilakukan secara manual atau otomatis. Perangkat lunak seperti PEST
(Doherty et al 1994) dan UCODE (Poeter and Hill 1994) dapat digunakan untuk kalibrasi
otomatis
7.0. Verifikasi dan Validasi Model
Istilah "validasi" tidak sepenuhnya benar bila digunakan dalam pemodelan air tanah.
Oreskes dkk. Al. (1994) menegaskan bahwa tidak mungkin memvalidasi model numerik karena
pemodelan hanyalah perkiraan dari kenyataan. Verifikasi dan validasi model adalah langkah
selanjutnya setelah kalibrasi. Tujuan validasi model adalah untuk memeriksa apakah model
yang dikalibrasi bekerja dengan baik pada dataset manapun. Karena proses kalibrasi melibatkan
perubahan parameter yang berbeda (i. Konduktivitas hidrolik, pengisian ulang, laju pemompaan
, dll.) Set nilai yang berbeda untuk parameter ini dapat menghasilkan solusi yang sama.
Reilly dan Harbaugh (2004) menyimpulkan bahwa kalibrasi yang baik tidak menghasilkan
prediksi yang baik. Proses validasi menentukan apakah model yang dihasilkan berlaku untuk
semua dataset Modelling biasanya membagi data pengukuran yang ada menjadi dua kelompok;
satu untuk kalibrasi dan yang lainnya untuk validasi.
8.0Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas penting untuk kalibrasi, optimasi, penilaian risiko dan pengumpulan
data. Dalam model air tanah regional, ada sejumlah besar parameter yang tidak pasti.
Mengatasi ketidakpastian ini memakan waktu dan membutuhkan banyak usaha. Analisis
sensitivitas menunjukkan parameter atau parameter mana yang memiliki pengaruh lebih
besar terhadap output. Parameter dengan pengaruh tinggi pada keluaran model harus
mendapat perhatian paling besar dalam proses kalibrasi dan pengumpulan data. Selain itu,
desain lokasi sampling, dan analisis sensitivitas dapat digunakan untuk mengatasi masalah
optimasi. Metode analisis sensitivitas yang paling umum adalah penggunaan pendekatan beda
hingga untuk memperkirakan tingkat perubahan model output sebagai hasil perubahan pada
parameter tertentu. Paket Estimasi Parameter "PEST" menggunakan metode ini (Doherty et al
1994). Beberapa metode analisis sensitivitas lain yang lebih efisien telah digunakan. Diferensiasi
otomatis telah digunakan untuk analisis sensitivitas pada model air tanah dan menghasilkan
output yang tepat dibandingkan dengan perkiraan beda hingga (Baalousha 2007).
9.0 Analisis Ketidakpastian
Ketidakpastian dalam pemodelan airtanah tak terhindarkan karena sejumlah alasan.
Salah satu sumber ketidakpastian adalah heterogenitas akifer. Data lapangan memiliki
ketidakpastian. Pemodelan matematika menyiratkan banyak asumsi dan estimasi, yang
meningkatkan ketidakpastian keluaran model (Baalousha dan Köngeter 2006). Ada beberapa
pendekatan yang berbeda untuk memasukkan ketidakpastian dalam pemodelan air tanah.
Pendekatan yang paling terkenal adalah pemodelan stokastik dengan menggunakan metode
Monte Carlo atau Quasi Monte Carlo (Kunstmanna dan Kastensb. 2006: Liou, T. dan Der Yeh,
H. 1997). Masalah dengan model stokastik adalah bahwa mereka memerlukan banyak
perhitungan, dan karena itu memakan waktu lama. Beberapa modifikasi telah dilakukan
pada model stokastik agar lebih deterministik, yang mengurangi persyaratan komputasi dan
waktu. Latin Hypercube Sampling adalah bentuk modifikasi Simulasi Monte Carlo, yang sangat
mengurangi persyaratan waktu (Zhang dan Pinder 2003).
10.0 Keselahan Umum Pada Pemodelan
Kesalahan utama dalam pemodelan adalah konseptualisasi. Jika model konseptual tidak
benar, output model akan salah terlepas dari akurasi data dan pendekatan pemodelan. Model
matematis yang baik tidak akan membangkitkan model konseptual yang salah (Zheng dan
Bennet, 2002).
Dalam semua model, perlu untuk mengidentifikasi elevasi referensi tertentu untuk
semua kepala sehingga algoritma model dapat bertemu dengan solusi unik (Franke et al., 1987).
Kondisi batas harus ditangani dengan hati-hati, terutama dalam simulasi steady state.
Terkadang kondisi batas berubah selama simulasi dan menjadi tidak valid. Model dengan
kondisi batas hidrolik akan menjadi tidak valid jika tekanan di dalam atau di luar domain
model menyebabkan batas hidrolik bergeser atau berubah. Oleh karena itu, kondisi batas harus
dipantau setiap saat untuk memastikannya valid. Parameterisasi model adalah kesalahan umum
dalam pemodelan. Nilai teoritis sifat hidrolik atau pengisian air tanah tidak boleh menggantikan
data lapangan dan investigasi lapangan. Asumsi seperti isotropi dan homogenitas tidak boleh
digunakan tanpa dukungan dari investigasi lapangan. Pemilihan kode model penting untuk
mendapatkan solusi yang baik. Kode yang berbeda melibatkan pengaturan matematika yang
berbeda yang sesuai dengan masalah tertentu. Kode yang dipilih harus mempertimbangkan
karakteristik area yang diminati dan tujuan pemodelan. Model dapat dikalibrasi dengan baik
dan sesuai dengan nilai yang terukur, namun memiliki keseimbangan massa yang salah. Ini bisa
jadi akibat dari model konseptual yang tidak benar.
REFERENSI
0 komentar:
Posting Komentar