Metode Well-Logging
Pengertian
Well-Logging
Geophysic well logging merupakan suatu metode geofisika yang mengukur
besaran – besaran fisik batuan reservoir yang memberikan informasi bawah
permukaan meliputi karakteristik litologi, ketebalan lapisan, kandungan fluida,
korelasi struktur dan kontinuitas batuan dari lubang bor.
Wireline
log merupakan perekaman data pengukuran secara kontinu disuatu lubang bor
menggunakan geophysic probe yang mampu merespon variasi sifat – sifat fisik
batuan setelah dilakukan pengeboran (reeves, 1986). Log adalah suatu grafik
kedalaman dari suatu set kurva yang menunjukan parameter yang diukur secara
kesinambungan di dalam sebuah sumur (harsono, 1993). Log dapat berupa
pengamatan visual sampel yang diambil dari lubang bor (geological log),
atau dalam pengukuran fisika yang diperoleh dari respon piranti instrumen yang
dipasang di dalam sumur (geophysical log). Well logging dapat digunakan dalam
bidang eksplorasi minyak dan gas, batu bara, air bawah tanah dan geoteknik.
Konsep Dasar Logging
Seiring dengan meningkatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi maka hadirlah survey geofisika tahanan jenis yang
merupakan suatu metode yang dapat memberikan gambaran susunan dan kedalaman
lapisan batuan dengan mengukur sifat kelistrikan batuan. Loke (1999)
mengungkapkan bahwa survey geofisika tahanan jenis dapat menghasilkan informasi
perubahan variasi harga resistivitas baik arah lateral maupun arah vertical.
Metode ini memberikan injeksi listrik ke dalam bumi, dari injeksi tersebut maka
akan mengakibatkan medan potensial sehingga yang terukur adalah besarnya kuat
arus (I) dan potensial (ΔV), dengan menggunakan survey ini maka dapat
memudahkan para geologist dalam melakukan interpretasi keberadaan
cebakan-cebakan batubara dengan biaya eksplorasi yang relatif murah.
Logging geofisik untuk eksplorasi
batubara dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi
untuk memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas
lapisn batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyertai penambahan
batubara. Dan juga mengkompensasi berbagai masalah yang tidak terhindar apabila
hanya dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari
lapisan penting, terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan
batubara termasuk parting dan lain-lain.
Sejarah Well-Logging
Geofisika
well logging pertama kali dikembangkan untuk industri minyak bumi oleh Marcel
dan Conrard Schlumberger pada tahun 1927. Schlumberger bersaudara ini
mengembangkan alat Resistivitas untuk mendeteksi perbedaan dalam porositas dari
batupasir untuk lapangan minyak di Merkwiller-Pechelbronn, di Perancis bagian
Timur.
Instrumen yang digunakan untuk well
logging ini disebut sonde. Sonde ini diberhentikan dalam lubang bor pada
interval periodik tertentu dan resistivitasnya langsung dicatat di dalam kertas
grafik. Pada tahun 1929 log resistivitas elektrik dikenalkan pada skala
komersial di Venezuela, Amerika Serikat dan Rusia. Dalam perkembangan
selanjutnya well logging digunakan untuk korelasi dan identifikasi hydrocarbon.
Perekam data filmnya kemudian dikembangkan pada tahun 1936 dengan kurva SN,LN
dan LAT. Untuk penentuan kedalaman dalam geofisika well logging dikembangkan
pada tahun 1930. Kemudian log gamma ray dan log neutron mulai digunakan pada
tahun 1941.
Sejak log
pertama dijalankan, geofisika well logging telah mengalami perkembangan hingga
satu miliar dolar pada industri global yang melayani berbagai kegiatan industri
dan penelitian. Geofisika well logging adalah teknologi kunci dalam industri
minyak bumi. Dalam industri mineral, merupakan metode yang banyak digunakan
baik untuk kegiatan eksplorasi dan untuk memantau kerja dalam pertambangan.
Dalam eksplorasi dan penilaian airtanah juga dapat digunakan untuk penggambaran
zona akifer dan produksi. Dalam studi regolith, geofisika well logging dapat
memberikan wawasan yang unik ke dalam komposisi, struktur, dan variabilitas
dari bawah permukaan, dan juga banyak digunakan untuk koreksi kumpulan data
geofisika airbone, seperti airbone elektromagnetik. Dalam geofisika well
logging, banyak sifat-sifat fisik berbeda yang dapat diidentifikasi untuk ciri
geologi yang mengelilingi sumur. Kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai
sifat adalah kemampuan terbaik dalam geofisika well logging. Berbagai jenis
informasi yang diperoleh merefleksikan aspek yang berbeda dari geologi dan
sering saling melengkapi di alam. Di dalam eksplorasi batubara, memerlukan
pengukuran yang akurat dan tepat agar bisa dipergunakan untuk menentukan
sumberdaya dan cadangan batubara. Estimasi sumberdaya atau cadangan merupakan
fungsi dari panjang, lebar, tebal, dan specific gravity. Hasil pengukuran
dengan menggunakan well loging memberikan hasil yang sangat akurat terhadap
fungsi tebal. Fungsi-fungsi jarak dan panjang merupakan kondisi titik informasi
sesuai data jarak di lapangan.
Bentuk tiga
dimensi atau geometri dari tubuh lapisan batubara di pengaruhi secara langsung
oleh letak pengendapan dimana sekuen tersebut terakumulasi. Kontrol topografi
ini akan berpengaruh terhadap ketebalan, kadar dan kemenerusan lapisan. Variasi
ketebalan batubara juga dipengaruhi oleh proses – proses yang bekerja selama
pengendapan dan sesudah pengendapan. Kemenerusan lateral lapisan batubara di
lapangan sering terbelah pada jarak yang relatif dekat oleh bentuk yang membaji
dari sedimen bukan batubara yang kemudian membentuk dua lapisan batubara yang
terpisah dan di sebut autosedimentational split. Dalam lapisan batubara
kemungkinan kehadiran lapisan bukan batubara, lapisan ini dikenal dengan
istilah “ partings”. Setelah mengetahui seberapa besar partings yang ada maka
dapat mengetahui perhitungan cadangan yang akurat.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka sangat jelas bahwa Well logging merupakan metode yang
sangat tepat untuk menentukan tebal lapisan batubara, karena well logging
memberikan data yang di perlukan untuk mengevaluasi secara kuantitas banyaknya
batubara di lapisan pada saat situasi dan kondisi sesungguhnya . Selanjutnya
akan memberikan kepastian terhadap hasil estimasi sumberdaya dan cadangan. Oleh
karena itu, penggunaan well logging di dalam eksplorasi batubara adalah penting
dan perlu, terutama di dalam penentuan tebal dan estimasi sumberdaya atau
cadangan.
a. Logging-While-Drilling
(LWD)
Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan
logging yang dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat
mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor
di permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa
grafik log di atas kertas. LWD berguna untuk memberi informasi formasi
(resistivitas, porositas, sonic dan gamma-ray) sedini mungkin pada saat
pemboran.
b. Mud logging
Mud
logging adalah pekerjaan mengumpulkan, menganalisis dan merekam semua informasi
dari partikel solid, cairan dan gas yang terbawa ke permukaan oleh lumpur pada
saat pemboran. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui berbagai parameter
pemboran dan formasi sumur yang sedang dibor.
Log Sinar Gamma
Prinsip dari gamma ray log adalah
perekaman radioaktivitas alami bumi, dimana sinar gamma mampu menembus batuan
dan dideteksi oleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi.
Setiap Gamma Ray log yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada
detektor. Parameter yang terekam adalah jumlah pulsa yang tercatat per satuan
waktu (cacah GR). Log Sinar Gamma adalah log yang digunakan untuk mengukur
tingkat radioaktivitas suatu batuan. Radioaktivitas tersebut disebabkan karena
adanya unsur Uraniun, Thorium, Kalium pada batuan.
Ketiga elemen ini secara terus
menerus memancarkan gamma ray yang memiliki energi radiasi yang tinggi.
Kekuatan radiasi sinar gamma yang paling kuat dipancarkan oleh mudstone dan
yang paling lemah dipancarkan batubara. Terutama yang dari mudstone laut
menunjukan nilai yang ekstra tinggi, sedangkan radiasi dari lapisan sandstone
lebih tinggi disbanding batubara. Log sinar gamma dikombinasikan dengan log
utama, seperti log densitas, netron dan gelombang bunyi, digunakan untuk
memastikan batas antara lapisan penting, seperti antara lapisan batubara dengan
langit-langit atau lantai.
Skala log gamma ray dalam satuan API
unit (APIU). Log gamma ray biasanya ditampilkan pada kolom pertama, bersama –
sama dengan kurva SP dan Kaliper. Skala log gamma ray dari kiri ke kanan
biasanya 0 – 100 atau 0 – 150 API. Walaupun terdapat juga suatu kasus dengan
nilai gamma ray sampai 200 API untuk jenis organic rich shale. Log gamma ray
sangat efektif dalam menentukan zona permeable, dengan dasar bahwa elemen
radioaktif banyak terkonsentrasi pada shale yang impermeable, dan hanya sedikit
pada batuan yang permeable. Pada formasi yang impermeable kurva gamma ray akan
menyimpang ke kanan, dan pada formasi yang permeable kurva gamma ray akan menyimpang
ke kiri. Log gamma ray memiliki jangkauan pengukuran 6 – 12 in. Dengan
ketebalan pengukuran sekitar 3 ft.
Pengukuran dilakukan dengan jalan
memasukkan alat detektor ke dalam lubang bor. Oleh karena sinar gamma dapat
menembus logam dan semen, maka logging gamma ray dapat dilakukan pada lubang
bor yang telah dipasang casing ataupun telah dilakukan cementing. Walaupun
terjadi atenuasi sinar gamma karena casing dan semen, akan tetapi energinya
masih cukup kuat untuk mengukur sifat radiasi gamma pada formasi batuan
disampingnya. Formasi yang mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan
radiasi radioaktif dimana intensitasnya akan di terima oleh detektor dan di
catat di permukaan.
Untuk memisahkan jenis-jenis bahan
radioaktif yang berpengaruh pada bacaan gamma ray dilakukan gamma ray
spectroscopy. Karena pada hakikatnya besarnya energy dan intensitas setiap
material radioaktif tersebut berbeda-beda. Spectroscopy ini penting dilakukan
ketika kita berhadapan dengan batuan non-shale yang memungkinkan untuk memiliki
unsur radioaktif, seperti mineralisasi uranium pada sandstone, potassium
feldsfar atau uranium yang mungkin terdapat pada coal dan dolomite.
Beberapa jenis batuan dapat dikenal
dari variasi kandungan fraksi lempungnya, misalnya batu lempung hamper seluruh
terdiri dari mineral lempung, batu pasir kwarsa sangat sedikit mengandung
mineral lempung, batu lanau cukup banyak mengandung mineral lempung dan
sebagainya. Oleh karena itu respo gamma dapat digunakan untuk menafsirkan jenis
litologinya. Beberapa contoh batuan sesuai sifat radioaktifnya adalah sebagai
berikut:
- Radioaktifnya sangat rendah
Anhidrid, garam, batubara dan nodule silica. Silica
yang berlapis mengandung radioaktif lebih tinggi dari berbentuk nodule.
- Radioaktif rendah
Batu gamping murni, dolomite dan batu pasir. Batu
gamping dan dolomite yang berwarna gelap lebih tinggi radioaktifnya daripada
yang berwarna terang.
- Radioaktif menengah
Arkosa, pelapukan granit, batu lanau, batu gamping
lempunagn dan napal. Batu yang berwarna gelap lebih tinggi radioaktifnya
daripada yang berwarna terang.
- Radioaktif sangat tinggi
Serpih, batu lempung dan abu gunung api.
Tabel. Karakteristik Respon Sinar
Gamma
Radioaktif sangat rendah
(0 – 32,5 API)
|
Radioaktif rendah
(32,5 – 60 API)
|
Radioaktif menengah
(60 – 100 API)
|
Radioaktif sangat tinggi
(>100 API)
|
Anhidrit
Salt
Batubara
|
Batupasir
Batugamping
Dolomit
|
Arkose
Batuan
granit
Lempungan
Pasiran
Gamping
|
Batuan
serpih
Abu
vulkanik
Bentonit
|
Cara membaca repon gamma untuk mendapatkan batas
litologi adalah dengan cara mengambil sepertiga antara respon maksimal dan
respon minimal. Cara ini merupakan aturan yang ditara-ratakan untuk mendapat
ketelitian batas litologi. Biasanya aturan demikian cukup teliti untuk lapisan
batubara yang tidak banyak mengandung lapisan pemisah (parting) di
dalamnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan untuk dapat
mengkorelasi respon gamma dari beberapa lubang bor adalah panjang probe selama
pengukuran harus tetap dan kecepatan penaikan probe ari dalam lubang harus
tetap. Selain itu perlu pula ditinjau pengarh chasing walaupun kecil akan tetap
ada.
Sebelum bekerja dengan alat pngukur radiasi
gamma harus diadakan kalibrasi alat tersebut terhadap sumber radiasi
sinar gamma yang telah diketahui dan pembacaannya disesuaikan dengan selang
waktu ynag sesuai. Apabila selang waktu tersebut terlalu cepat respon cenderung
menjadi rata dan kurang peka terhadap perubahan litologi yang kecil. Sebaliknya
apabila selang waktu tersebut terlalu lambat perbedaan yang kecil terekam pada
respon sehingga perbedaan besar sukar terlihat.
Log Densitas
Awalnya penggunaan log ini dipakai
dalam industri explorasi minyak sebagai alat bantu interpretasi porositas.
Kemudian dalam explorasi batubara malah dikembangkan menjadi unsur utama dalam
identifikasi ketebalan bahkan qualitas seam batubara. Dimana rapat masa
batubara sangat khas yang hampir hanya setengah kali rapat masa batuan lain
pada umumnya. Lebih extrem lagi dalam aplikasinya pada idustri batubara karena
sifat fisik ini (rapat masa) hampir linier dengan kandungan abu sehingga
pemakaian log ini akan memberikan gambaran khas bagi tiap daerah dengan
karakteristik lingkungan pengendapannya.
Dalam operasinya logging rapat masa
dilakukan dengan mengukur sinar g yang ditembakan dari sumber melewati dan
dipantulkan formasi batuan kemudian direkam kembali oleh dua detector yang
ditempatkan dalam satu ‘probe’ dengan jarak satu sama lain diatur
sedemikan rupa. Kedua detector ’short’ dan ‘long space’ diamankan
dari pengaruh sinar g yang datang langsung dari sumber radiasi. Sehingga yang
terekam oleh kedua detector hanya sinar yang telah melewati formasi saja. Dalam
hal ini efek pemendaran sinar radiasi seperti ditentukan dalam efek pemendaran
Compton.
Sinar gamma dari sumber radioaktif
dipancar oleh tumbukan dengan elektron di dalam lapisan tanah dan energi sinar
gamma akan hilang kepada elektron untuk setiap tumbukan (efek compton).
Densitas elektron di dalam material sebanding dengan densitas curahan atau
massa (bulk or mass density) material.
Logging densitas dilakukan untuk
mengukur densitas batuan disepanjang lubang bor. Densitas yang diukur adalah
densitas keseluruhan dari matriks batuan dan fluida yang terdapat pada pori.
Prinsip kerja alatnya adalah dengan emisi sumber radioaktif. Semakin padat
batuan semakin sulit sinar radioaktif tersebut ter-emisi dan semakin sedikit
emisi radioaktif yang terhitung oleh penerima (counter).
Density Log menunjukkan besarnya
densitas lapisan yang ditembus oleh lubang bor sehingga berhubungan dengan
porositas batuan. Besar kecilnya density juga dipengaruhi oleh kekompakan
batuan dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak batuan
maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat
kompak, harga porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati
densitas matrik. Log density adalah kurva yang menunjukkan besarnya densitas “bulk
density (rb)” dari batuan yang ditembus oleh lubang bor.
Log densitas digunakan untuk
mengukur densitas semu formasi menggunakan sumber radioaktif yang ditembakkan
ke formasi dengan sinar gamma yang tinggi dan mengukur jumlah sinar gamma
rendah yang kembali ke detektor.
Karakteristik masing-masing batuan pada log densitas
adalah sebagai berikut:
- Batubara mempunyai densitas yang rendah (1,20 – 1,80 gr/cc)
- Konglomerat mempunyai densitas menegah (2,25 gr/cc)
- Mudstone, batupasir, batugamping mempunyai densitas menengah sampai tinggi (2,65 – 2,71 gr/cc)
- Batuan vulkanik basa dan batuan vulkanik non basa mempunyai densitas tinggi (2,7 – 2,85 gr/cc)
Tabel.Nilai Rapat Massa Batuan
Jenis batuan
|
Rapat massa sebenarnya (gr/cc)
|
Rapat massa saat logging (gr/cc)
|
Sandstone
|
2,650
|
2,684
|
Limestone
|
2,710
|
2,710
|
Dolomites
|
2,870
|
2,876
|
Anhidrid
|
2,960
|
2,977
|
Antrasite
coal
|
1,400-1,800
|
1,355-1,796
|
Bituminous
coal
|
1,200-1,500
|
1,173-1,514
|
Perekaman Data Logging
Perekaman data logging menggunakan
software WellCad. Data logging yang telah diperoleh kemudian dicetak
dalam lembaran data logging dimana terdapat nama perusahaan, nomor lubang bor,
lokasi pengeboran, jenis log, kedalaman pengeboran, kedalaman alat logging,
batas atas logging mulai dieksekusi, batas bawah logging selesai dieksekusi,
nama perekam log, nama geologist penanggung jawab serta kedalaman penggunaan
chasing. Selain itu lembar data logging juga memuat informasi mengenai grafik
hasil pembacaan log gamma dan log densitas yag kemudian dilakukan
interpretasi jenis lapisan batuan beserta kedalaman dan ketebalannya.
Interpretasi Data Logging
Interpretasi didefenisikan sebagai
suatu kegiatan untuk menjelaskan arti dari sesuatu. Sedangkan interpretasi log
merupakan suatu kegiatan untuk menjelaskan hasi perekaman mengenai berat jenis
elektron. Interpretasi log dapat menyediakan jawaban mengenai ketebalan lapisan
batubara, kedalamannya, korelasi lapisan batubara, jenis batuan roof (20
cm di atas lapisan batubara), jenis floor (20 cm di bawah lapisan
batubara), mengetahui kondisilubang bor dan sebagainya. Log gamma digunakan
bersamaan dengan log densitas yang merupakan log geofisika yang utama dalam
eksplorasi batubara.
0 komentar:
Posting Komentar