METODE
GEOMAGNETIK
Metode geomagnetik didasarkan pada sifat kemagnetan (kerentanan
magnet)
batuan,
yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung kepada kontras
magnetik di bawah permukaan. Di daerah panas bumi, larutan hidrotermal dapat menimbulkan perubahan sifat
kemagnetanbatuan, dengan kata lain kemagnetan
batuan akan menjadi turun atau hilang akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat dalam alterasi
hidrotermal, maka tujuan dari survei magnetik
pada daerah panas bumi adalah untuk melokalisir daerah anomaly magnetik rendah yang diduga berkaitan erat dengan
manifestasi panas bumi.
Pengertian umum medan magnet bumi adalah medan atau daerah dimana dapat dideteksi distribusi
gaya magnet
(BROOKE,
1966, Champman
dan
Barttels, 1940).
Pada tahun 1839
Gauss pertama kali melakukan analisa harmonik dari medan magnet bumi untuk mengamati sifat-sifatnya. Analisa selanjutnya
yang dilakukan
oleh para ahli
mengacu
pada kesimpulan
umum yang dibuat oleh Gauss yaitu :
· Intensitas medan magnet
bumi
hampir seluruhnya dari dalam bumi
· Medan yang teramati di permukaan bumi dapat didekati dengan persamaan harmonik
yang pertama berhubungan dengan potensial dua kutub di pusat bumi. Dua kutub Gauss
ini mempunyai kemiringan (menyimpang) kira-kira 11,50 terhadap sumbu geografis.
Komponen medan magnet yang berasal dari dalam
medan bumi merupakan efek yang timbul karena sifat inti bumi yang cair memungkinkan adanya gerak relatif antara kulit bumi dengan inti bumi yang sering disebut dengan efek dynamo.
Variasi medan magnet yang hanya beberapa persen dari harganya yang timbul
oleh aliran arus di
ionosfer yang menghasilkan medan magnet, dengan demikian induksi arus listrik alam mengurangi komponen horisontal yang tergantung pada sifat kelistrikan kerak dan mantel bumi (Brooke, 1966). Arus ionosfer pada prinsipnya berasal dari :
· Fluktuasi harian sinar matahari dan pasang surut bulan yang menyebabkan bergeraknya elektron bebas.
· Variasi transien yang dihasilkan oleh aktivitas matahari, aliran partikel terionisasi yang berasal dari emisi gas hydrogen dari matahari ditahan dynamo ionosfer dan akibatnya menganggu medan magnet bumi (Oxford, 1965; Akasofu dan Champman, 1961).
A. Suseptibilitas Batuan dan Mineral
Tingkat suatu
benda magnetik untuk mampu dimagnetisasi ditentukan oleh suspebilitas kemagnetan atau K, dituliskan sebagai :
I = k H
Besaran yang
tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang dipergunakan dalam metode
magnetik. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut
semakin banyak dijumpai banyak mineral –
mineral yang bersifat magnetik.
Faktor yang
mempengaruhi harga suspebilitas batuan adalah :
v Jenis batuan
v Komposisi batuan
Benda magnet
apabila berada dalam medan luar akan memiliki kutub kutub sendiri yang umumnya mengarah kearah
yang sama dengan medan, sehingga akan dihasilkan suatu medan baru. Medan tambahan ini apabila
dihubungkan dengan intensitas magnetisasi adalah induksi magnetik (B).Didefinisikan sebagai
medan total dalam benda :
Berdasarkan
harga kerentanan magnet, k bahan dapat dibedakan sebagai berikut :
v Diamagnetik, yaitu mempunyai harga k
yang lebih kecil dan negatif.
contoh : air, Hg, Cu,
dll.
v Paramagnetik, yaitu mempunyai harga k
yang kecil dan positif.
contoh : Pt, AlO₂ dll.
v Ferromagnetik, yaitu bahan
paramagnetik yang mempunyai harga k besar sekali ( sampai 10 kali harga k bahan
paramagnetik ).
contoh :
jenis – jenis logam.
B. Konsep Dasar Metode Magnetik
v Gaya Magnetik
Dasar dari metode Magnetik adalah gaya columb yang dapat di
rumuskan sebagai berikut
Dimana
F = gaya coloumb dalam newton
M1 dam m2
= kuat kutub magnet dalam ampere meter
r = jarak kedua kutub
µo = permeabilitas
(Telford,
1979)
v Kuat Medan Magnet
Kuat medan magnet ialah besarnya medan magnet pada suatu
titik dalam ruang yang timbul sebagai akibat kutub m yang berada sejauh r dari
titik tersebut. Kuat medan H didefinisikan sebagai gaya pada satu satuan kutub
:
Satuan H S1 adalah weber / m tesla ( 1 tesla = 109 gamma)
v Momen magnetic
Bila dua kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub
magnet +p dan –p, keduanya terletak
dalam jarak I, maka momen magnetik M dapat ditulis sebagai :
Dengan M adalah vector dlam arah unit vector r1
dari kutub negatif ke kutub positif
v Intensitas Kemagnetan
Suatu benda magnet yang terletak di dalam medan magnet luar
menjadi termagnetisasi karena induksi. Intensitas magnetisasi itu berbanding
lurus dengan kuat medan dan arahnya searah
dengan medan tersebut. Intensitas magnetisasi didefinisikan sebagai magnet per
satuan
volume, yaitu :
Secara praktis magnetisasi akibat induksi ini kebanyakan
meluruskan dipole- dipole material
magnet, sehigga sering disebut sebagai polarisasi magnet. Bila besarnya konstan
dan arahnya sama, maka dikatakan benda
termagnetisasi secara uniform.
v Induksi magnetic
Bila benda magnetik diletakkan dalam medan magnet luar
H, kutub-kutub internalnya akan menyearahkan
diri dengan H dan terbentuk suatu medan magnet baru yang besarnya adalah :
Medan
magnet totalnya disebut dengan induksi magnet B dan ditulis sebagai :
Dengan mr = 1+ pk dan
disebut sebagai permeabilitas relatif dari suatu benda magnetik. Satuan B dalam emu adalah gauss, sedangkan
dalam geofisika eksplorasi dipakai satuan gamma (g), dengan 1 g = 10-5 gauss =
1 nT.
v Potensial Magnetostatik
Potensial magnetostatik didefenisikan sebagai tenaga yang
diperlukan untuk memindahkan satu satuan
kutub magnet dari titik tak terhingga ke suatu titik tertentu dan dapat ditulis
sebagai.
Untuk benda tiga dimensi, material di dalamnya memberikan
sumbangan momen magnetik per satuan
volume M(r). Jadi potensialnya merupakan hasil integral sumbangan momen dwikutub per satuan volume
dan dapat ditulis sebagai :
Dan medan magnet benda sebagai penyebab timbulnya anomali,
dapat ditulis sebagai:
v Medan magnet Bumi
Bumi
berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan suatu medan
magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu dipole magnet yang
terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser sekitar 11o dari sumbu
rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi tidak terletak pada tempat
yang sama dengan kutub selatan magnetik bumi. Menurut IGRF (2000), melalui
perhitungan posisi simetris dimana dipole magnetik memotong permukaan bumi,
letak kutub utara magnet bumi adalah 79,3 N, 71,5 W dan 79,3 S , 108,5 E
untuk kutub selatan.
Medan
magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis yang dapat diukur yaitu arah
dan intensitas kemagnetannya. Parameter
fisis itu adalah deklinasi magnetik D, intensitas horisontal H dan
intensitas vertikal Z. Dari elemen-elemen ini, semua parameter medan magnet
lainnya
dapat dihitung.
Parameter yang menggambarkan arah medan
magnetik adalah deklinasi D (sudut antara utara magnetik dan utara geografis)
dan inklinasi I (sudut antara bidang horisontal dan vektor medan total), yang
diukur dalam derajat. Intensitas medan magnetik total F digambarkan dengan komponen horisontal H, komponen vertikal Z dan komponen
horisontal kearah utara X dan kearah timur Y.
Intensitas medan magnetik bumi
secara kasar antara 25.000 – 65.000 nT. Untuk Indonesia, wilayah yang terletak
di utara ekuator mempunyai intensitas ± 40.000 nT, sedangkan yang di selatan
ekuator ± 45.000
Sehingga
F0
2 = H2 + Z2 = X2 + Y2
+ Z2
Di
mana :
H
= Fo cos I Z
= Fo sin I
X = H cos D tan
I = Z/ H
Y = H sin D tan D = Y / X
Medan magnet utama bumi
berubah terhadap waktu sehingga untuk menyeragamkan nilainilai medan utama bumi
dibuat standar nilai yang disebut dengan International Geomagnetics Reference
Field (IGRF) yang diperbaharui tiap 5 tahun sekali. Nilai IGRF tersebut
diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta Km
yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari tiga
bagian, yaitu :
·
Medan
utama (Main field)
Pengaruh medan utama
magnet bumi ± 99 % dan variasinya terhadap waktu sangat lambat dan kecil.
·
Medan
luar (External field)
Pengaruh
medan luar berasal dari pengaruh luar bumi (aktifitas matahari, badai magnetik)
yang merupakan hasil dari ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet dari matahari. Karena sumber luar ini berhubungan dengan arus
listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan
medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat. Beberapa sumber medan luaar antara
lain :
§ Perubahan konduktivitas listrik
lapisan atmosfer dengan siklus 11 tahun,
§ Variasi harian dengan periode 24 jam
yang berhubungan dengan pasang surut matahari dan mempunyai jangkauan 30 nT,
§ Variasi harian dengan periode 25 jam
yang berhubungan dengan pasang surut bulan dan mempunyai jangkauan 2 nT,
§ Badai magnetik yang bersifat acak dan
mempunyai jangkauan sampai dengan 1.000 nT
· Anomali Medan Magnetik
Variasi medan magnet yang terukur di
permukaan bumi merupakan target dari survey magnetik (anomali magnetik). Besar
anomali magnetik berkisar ratusan sampai ribuan nano-tesla, tapi ada juga yang
> 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini disebabkan
oleh madan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Anomali yang diperoleh
dari survey merupakan hasil gabungan dari keduanya, bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar,
demikian pula sebaliknya. Jika anomali medan magnetiknya < 25 % medan magnet
utama bumi maka efek medan remanennya dapat diabaikan. Adanya anomali medan
magnetik menyebabkan perubahan dalam medan magnet total bumi dan dapat
dituliskan sebagai :
HT = H m + HA
|
Dengan HT = medan
magnet total bumi, M H = medan magnet utama bumi dan A H = medan anomali
magnetik. Bila besar A H < T H dan arah T H hampr sama dengan arah T H maka
anomali magnetik totalnya adalah
Dimana : obs T = medan magnet total terukur,
IGRF T = medan magnet teoritis berdasarkan IGRF dan vn T = koreksi medan magnet akibat
variasi harian.
v Magnetisasi Batuan
Apabila suatu batuan didalamnya mengandung mineral
magnet berada dalam medan magnet bumi, maka akan timbul medan magnet baru dalam
benda (induksi) yang menghasilkan anomaly magnet. Oleh sebab itu medan magnet
normal bumi akan mengalami gangguan yang disebabkan oleh anomaly magnet sebagai
hasil magnetisasi batuan
1.
Medan
Magnet
Dalam survei dengan metode magnetik
yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur
di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik
disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai
peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah
1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat
didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang
cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2. Pengaruh medan utama
magnet bumi ± 99% yang disebabkan karena bumi itu sendiri merupakan magnet yang
sangat besar dan variasinya terhadap waktu sangat lambat dan kecil.
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh
medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi
di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena
sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam
lapisan terionisasi di atmosfer,
maka perubahan medan ini terhadap
waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan
magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan magnet
ini dihasilkan oleh batuan yang
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (87 SF e ), titanomagnetite ( 4
2 O TF i e ) dan lain-lain yang berada di
kerak bumi.
2. Akusisi
Dalam
akuisisi dat magnetic dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara
looping, base rover, atau gradient vertikal. Perbedaan dalam beberapa cara
tersebut hanaya di tekankan dalam penggunaan instrument dalam pengukuran.
1. Looping
Pengukuran yang dimulai dari base dan
di akhiri di base lagi. Pengukuran looping ini hanya menggunakan satu alat PPM
yang menjadi base dan rover. Dimana sekaligus
pengukuran looping ini mencatat nilai
variasi harian dan intensitas medan magnet total.
2. Base – Rover
Pengukuran yang menggunakan dua buah
alat PPM dimana satu buah untuk pengambilan data base yang penempatan alat PPM
tersebut di tempatkan pada tempat yang bebas dari
noise guna mencatat nilai variasi
harian dan tetap sedangkan satunya untuk pengambilan
data di lapangan guna mencatat
intensitas medan total dari tiap lintasan.
3. Gradien Vertikal
Untuk
pengukuran Gradien vertikal secara pengukuran sama dapat dilakuakan secara looping
atau base-rover, hanya saja perbedaannya pada pemakaian sensor. Jumlah sensor
yang di gunakan 2 buah sensor. Biasanya untuk
pemetaan medan magnet total dan variasi gradient vertikal medan magnet.
Untuk pengukuran geomagnetic itu sendiri yang
secara valid, umum, standar dalam pengukuranya yaitu menggunakan base-rover.
Sedangkan untuk looping dan gradient vertikal jarang di gunakan dalam pengukuran secara umum
. Gradien vertikal juga hanya di gunakan
pengukuran untuk mengetahui batas litologi suatu
lapangan saja.
Metode
Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam
melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang digunakan adalah
magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di
lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan
magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik
adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka
untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang,
ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi
menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit
menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit,
lembah dan jurang.
Beberapa
peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei magnetik, antara
lain (Sehan, 2001) :
1.
Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet
bumi.
2.
Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran
pada saat survei magnetik di lokasi
3.
Sarana transportasi
4.
Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
5.
PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan
lain-lain.
Pengukuran
data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan PPM, yang
merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran
adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan.
Dalam
melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah menentukan base
station dan membuat station – station pengukuran (usahakan membentuk grid –
grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran, kemudian
dilakukan pengukuran medan magnet di station – station pengukuran di setiap
lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di
base station.
Pengaksesan
Data IGRF
IGRF
singkatan dati The International Geomagnetic Reference
Field. Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai
IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0).
Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran
medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam
survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya.
Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan
karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik
(ΔHr0).
Nilai IGRF
yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari hasil
pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF
tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut
inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan
dan interpretasi.
Pengolahan
Data Geomagnetik
Untuk
memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan koreksi
terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi
atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi.
a.
Koreksi Harian
Koreksi
harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik
bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data
medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi.
Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data
medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai
positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan
dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ±
ΔHharian
b.
Koreksi IGRF
Data hasil
pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen
dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali.
Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan
magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan
magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan
dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang
telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang
sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan
sebagai berikut :
ΔH = Htotal ±
ΔHharian ± H0
Dimana H0 =
IGRF
c.
Koreksi Topografi
Koreksi
topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik sangat kuat.
Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas.
Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun
suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat
(Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k)
batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai
dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski
harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai
ΔH = Htotal ±
ΔHharian – H0 – ΔHtop
Setelah semua
koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur dilapangan, maka
diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk mengetahui pola
anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model
struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data anomali harus
disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur
yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur
dar suatu bidang pembanding tertentu.
Reduksi ke
Bidang Data
Untuk
mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik, maka data anomali
medan magnetik total yang masih tersebar di topografi harus direduksi atau
dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses
pengolahan data berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang
terdistribusi pada biang datar. Beberapa teknik untuk mentransformasi data
anomali medan magnetik ke bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent
source), lapisan ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan deret
Taylor (Taylor series approximaion), dimana setiap teknik mempunyai
kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995).
Pengangkatan
ke Atas
Pengangkatan
ke atas atau upward continuation merupakan proses transformasi
data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang lebih
tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai
filter tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik
lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di
permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak
boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang
bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi target survei
magnetik ini.
Koreksi Efek
Regional
Dalam banyak
kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei selalu
bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal dari
sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini
disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk
menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka
dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek
anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional adalah
pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta
kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami
perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.
Interpretasi
Data Geomagnetk
Secara umum
interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi
kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur
anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi
geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi
kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda
anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis. Untuk melakukan
interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya
mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang
dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.
0 komentar:
Posting Komentar