METODE GRAVITASI
·
Pengertian Metode
Gravitasi
Metode
gravitasi disebut juga metode gaya berat. Metode ini termasuk kedalam metode
tak langsung dalam kegiatan survaey geofisika. Metode ini digunakan untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan pada area tempat dilakukannya survey. Yaitu dengan
cara mengamati variasi lateral
Dalam
metode gravitasi memanfaatkan variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa
batuan dibawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah
perbedaan medan gravitasi dari satu titik observasi terhadap titik observasi
lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan dalam ekslorasi jebakan minyak (oil
trap). Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral
dan lainnya.
·
Tahap – Tahap
Penelitian Dalam Metode Gravitasi :
a.
Akuisisi Data
Akuisisi
data merupakan proses pengambilan data dilapangan, mulai dari mengetahui
informasi dari daerah yang akan diukur dan persiapan alatnya. Beberapa diantara
alat itu adalah :
·
Seperangkat Gravimeter
·
GPS
·
Peta Geologi dan Peta
Topografi
·
Penunjuk Waktu
·
Alat Tulis
·
Kamera
·
Pelindung Gravimeter
·
Dan beberapa alat
pendukung lainnya.
Setelah alat telah dipersiapkan, langkah
awal untuk pengukuran adalah menggunakan peta geologi dan peta topografi, hal
ini bertujuan untuk menentukan lintasan pengukuran dan base station yang
telah diketahui harga percepatan gravitasi. Akan tetapi ada beberapa parameter
lain yang harus diperhatikan dalam penentuan base station, lintasan pengukuran
dan titik ikat. Antara lain adalah :
·
Letak titik pengukuran
harus jelas dan mudah dikenal
·
Lokasi titik pengukuran
harus dapat dibaca dalam peta
·
Lokasi titik pengukuran
harus mudah dijangkau serta bebas dari gangguan kendaraan bermotor, mesin dll.
·
Lokasi titik pengukuran
harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal dari satelit dengan baik tanpa
ada penghalang.
Jadi
intinya hal yang harus diperhatikan adalah melakukan kalibrasi alat dan
menentukan titik acuan (base station) sebelum melakukan pengambilan data gaya
berat di titik-titik ukur lainnya. Mencari besarnya harga medan gravitasi suatu
base station (titik acuan) pengukuran dapat dilakukan dengan persamaan :
gbs
= gref + (Gpembacaan bs + Gpembacaan
ref)
Keterangan
:
Gbs = harga medan
gravitasi base station
Gref = harga medan
gravitasi titik referensi
Gpembacaan bs = harga
pembacaan gravitasi di base station
Gpembacaan ref = harga
pembacaan gravitasi di titik referensi
b.
Pengolahan Data
Pengolahan data dalam
metode gravitasi ini meliputi tahapan-tahapan antara lain :
-
Konversi hasil
pembacaan gravimeter ke nilai milligal
-
Koreksi tinggi alat
-
Koreksi drift (apungan)
-
Koreksi pasang surut
-
Koreksi gravitasi
normal
-
Koreksi udara bebas
(free-air correction)
-
Koreksi bouguer
-
Koreksi menda (terrain
correction)
1. Koreksi
Data Dalam Metode Gravitasi
Dalam
pengukuran metode gravitasi, percepatan gravitasi yang diukur tidak hanya
berasal dari densitas yang dipengaruhi oleh anomali saja, tetapi ada
faktor-faktor yang mempengaruhi data percepatan gravitasi yang diukur,
diantaranya yaitu efek variasi waktu. Oleh karena itu banyak faktor yang
mempengaruhi nilai pengukuran gravitasi, maka perlu dilakukan koreksi-koreksi
didalam proses pengolahan data.
a.
Koreksi Baca Alat
(skala)
Ketika
kita melakukan pengukuran terkadang terjadi kesalahan saat pembacaan alat,
kesalahan pembacaan alat ini dinamakan dengan koreksi baca alat atau skala.
Rumus umum dalam pembacaan alat dapat ditulis sebagai berikut :
Read
(mGal) = ((Read (Scale) – Interval) x (Counter Reading) + Value in mGal
b.
Koreksi Tinggi Alat
Yang
dimaksud dengan tinggi alat adalah jarak antara permukaan atas gravimeter
dengan titik ukur. Adapun tujuan dilakukan koreksi tinggi alat adalah agar
pembacaan gravitasi disetiap titik mempunyai posisi ketinggian yang sama dengan
titik pengukuran dari hasil data GPS. Koreksi tinggi alat ini selalu
ditambahkan :
GSTH
= GST + 0,308765 H
Keterangan :
GSTH = pembacaan percepatan gravitasi terkoreksi
pasang surut dan tinggi alat (mGal)
GST
= pembacaan percepatan gravitasi dalam mGal terkoresi pasang surut
H
= tinggi alat (meter)
c.
Koreksi Pengaruh Pasang
Surut
Koreksi
ini dilakukan karena data gravitasi yang terekam oleh alat dipengaruhi oleh
gravitasi benda-benda diluar bumi seperti bulan dan matahari, yang berubah
terhadap lintang dan waktu. Untuk mendapatkan nilai pasang surut ini maka,
dilihatlah perbedaan nilai gravitasi stasiun dari waktu ke waktu terhadap base.
Gravitasi terkoreksi tidak dapat ditulis sebagai berikut :
GST = Gs - t
Keterangan :
GST =
gravitasi terkoreksi pasang surut (tidal)
Gs = gravitasi pada
pembacaan alat
t = nilai koreksi
pasang surut (tidal)
d.
Koreksi Apung (Drift)
Karena
adanya penyimpangan atau guncangan pada alat sewaktu pengukuran dan dalam
perjalanan memnungkinkan bergesernya pembacaan titik nol dalam alat tersebut.
Pergeseran titik nol ini disebut Drift, dan besarnya adalah sebagai fungsi
waktu. Koreksi drift dilakukan dengan mengadakan pembacaan ulang pada titik
ikat dalam satu loop, sehingga dapat diketahui penyimpangannya (lihat gambar).
Besarnya koreksi drift pada tiap-tiap dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dn
=
(Tn – T0)
Keterangan
:
Dn = Drift pada station ke – n
Gst(n) = Gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke –
n
Gst(0) = Gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun awal
TN = Waktu pengukuran stasiun
akhir loop
T0 = Waktu pengukuran stasiun awal
Tn = Waktu pengukuran stasiun ke – n
e.
Koreksi Lintang
Koreksi ini dilakukan karena bentuk bumi tidak bulat
sempurna tetapi dianggap berbentuk elips sehingga jari-jari bumi tidak sama
atau berbentuk pepat pada daerah ekuator dan juga karena rotasi bumi. Hal
tersebut membuat ada perbedaan nilai gravitisi karena pengaruh lintang yang ada
dibumi. Secara umum koreksi ini dapat ditulis :
f.
Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction)
Koreksi
ini dilakukan untuk mengkompensasi ketinggian antara titik pengamatan dan datum
(mean sea level) atau disebut koreksi ketinggian karena permukaan bumi yang
tidak rata dan datar. Koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
g.
Koreksi Bouger
Koreksi
bouger dilakukan untuk mengkompensasi pengaruh massa batuan terdapat antara
stasiun pengukuran dan (mean sea level) yang diabaikan pada koreksi udara
bebas. Koreksi ini dapat ditulis.
h.
Koreksi Medan (Terrain
Correction)
Koreksi
medan mengakomodir ketidak teraturan pada topografi sekitar titik pengukuran.
Pada saat pengukuran, elevasi topografi disekitar titik pengukuran, biasanya
dalam radius dalam dan luar, diukur elevasinya. Sehingga koreksi ini dapat
ditulis sebagai berikut :
c.
Interpretasi Data
Dalam
menentukan sebuah besaran tertentu di aomali Bouguer yang telah diperolah,
perlu adanya proses lanjutan yaitu interpretasi terhadap data tersebut.
Interpretasi gaya berat secara umum dibedakan menjadi dua yaitu Interpretasi
kualitatif dan kuantitatif.
a. Interpretasi
Kualitatif
Interpretasi
kualitatif dilakukan dengan mengamati data gaya berat berupa anomali Bouguer.
Anomali tersebut akan memberikan hasil secara gelobal yang masih mempunyai
anomali regional dan residual. Hasil interpretasi data menafsirkan pengaruh
anomali terhadap bentuk benda, tetapi tidak smpai memperoleh besaran
matematisnya. Misal pada peta anomali bouguer diperoleh bentuk kontur tertutup
maka dapat di tapsirkan sebagai struktur batuan berupa lipatan (sinklin atau
antiklin). Dengan interpretasi ini dapat dilihat arah penyebaran anomali atau
nilai anomali yang dihasilkan.
b. Interpretasi
Kuantitatif
Interpretasi
kuantitatif dilakukan untuk memahami lebih dalam hasil interpretasi kualitatif
dengan membuat penampang gayaberat pada peta kontur anomali. Teknik
interpretasi kuantitatif mengasumsikan distribusi rapat massa dan menghitung
efek gayaberat kemudian membandingkan dengan gayaberat yang diamati.
Interpretasi kuantitatif pada penelitian ini adalah analisis model bawah
permukaan dari suatu penampang anomali Bouguer dengan menggunakan metoda
poligon yang diciptakan oleh Talwani. Metoda tersebut telah dibuat pada software
GRAV2DC.
1. Pemodelan
Pemodelan
merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mendapatkan model bawah permukaan
yang akan menggambarkan distribusi rapat massa dan geometris bendanya pada
kedalaman bervariasi didaerah penelitian, dan biasanya disebut interpretasi
kuantitatif.
a. Permodelan
Kedepan (Forward Modelling)
Pemodelan dilakukan
dengan cara mencoba-coba parameter model benda anomali dengan bentuk sembarang
dua dimensi sampai diperoleh anomali gayaberat perhitungan yang paling sesuai
atau mendekati anomali pengamatan.
b. Permodelan
Inversi (Inverse Modelling)
Pemodelan yang dimana
parameter benda anomali diperoleh secara langsung dari anomali gayaberat
pengamatan atau data.
0 komentar:
Posting Komentar